Selasa, 08 Mei 2018

STRATEGI PENGAJARAN


BAB 2
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Menurut Dr. Nana Sudjana mengatakan bahwa strategi pengajaran adalah teknik yang ditentukan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pengajaran (kompetensi dan indikator hasil kerja) secara lebih efektif dan efisien.
Strategi pengajaran merupakan tindakan guru melaksanakan rencana mengajar. Artinya, usaha guru dalam menggunakan berbagai variabel pengajaran (tujuan, bahan, metode,dan alat, serta evaluasi) agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, strategi pengajaran pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu, yang dinilai lebih efektif dan lebih efesien.
Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan strategi mengajar. Pertama adalah tahap mengajar; kedua menggunakan model atau pendekatan model mengajar; ketiga menggunakan prinsip mengajar

B.     Pengelompokan Strategi Pengajaran
Dalam hal ini ada dua pengelompokan yaitu pengelompokan dari Gagne dan Briggs dan pengelompokan menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil.
1.      Pengelompokan Gagne dan Briggs
a.       Pengaturan Guru dan  Peserta Didik
Dari segi pengaturan guru dapat dibedakan; pengajaran oleh seorang guru atau oleh suatu tim guru. Dapat pula dibedakan apakah hubungan guru-peserta didik terjadi; tatap muka ataukah dengan perantara media (cetak maupun audiovisual). Adapun dari segi peserta didik dapat dibedakan: pengajaran klasikal  (kelompok besar atau kelompok kecil : 5- 7 orang peserta didik) atau pengajaran individual. Baik dalam pengajaran klasikal maupun individual hendaknya diciptakan hubungan antara guru dan yang memiliki sifat-sifat keterbukaan. Saling tanggap, saling begantung (interdependensis), suasana kebebasan, dan saling memenuhi kebutuhan.

b.      Struktur Events Pengajaran
Struktur pengajaran dapat bersifat tertutup, artinya segala sesuatu sudah ditentukan secara relatif ketat, misalnya sering dilakukan pada calon guru. Biasanya mereka tidak berani menyimpang (mengembangkan) dari persiapan mengajar yang telah disusun dan sudah dsetujui oleh dosen pembimbing ataupun guru pemongnya. Sebaliknya, peristiwa mengajar/pembelajaran yang bersifat ekstrovert atau terbuka yaitu apabila tujuan khusus pengajaran, materi, dan prosedur yang akan ditempuh untuk mencapainya ditentukan, sementara kegiatan pengajaran berlangsung. Tidak sulit dibayangkan bahwa yang ekstrovert ini memberi peranan yang akan dipelajari dalam suatu jam pertemuan ataupun bagaimana prosedur yang akan ditempuh dalam melaksanakan kegiatan pengajaran.
c.       Peranan Guru-Peserta Didik Dalam Mengelola Pesan
Setiap event pengajaran bertujuan untuk mencapai suatu tujun ingin menyampaikan sesuatu “pesan” yang dapat berupa pengetahuan, wawasan, skill, ataupun isi pengajaran lainnya. Pesan yang dimaksud diolah oleh guru sebelum disampaikannya kepada peserta didik atau sebaliknya, dapat juga diolah sendiri oleh para peserta didik dengan bantuan dari guru. Dalam hal ini ada dua jenis strategi pengajaran.
1.      Pengajaran ekspositorik: pengajaran yang menyampaikan pesan dalam keadaan telah siap.
2.      Pengajaran heuristik: pengajaran yang mengharapkan pengolaan oleh peserta didik sendiri. Dalam starategi pengajaran heuristik meliputi dua substrategi,
a.       Discovery/penemuan, yaitu pesetra didik yang diharuskan menemukan prinsip atau hubungan yang sebelumnya tidak diketahui yang merupakan akibat dari pengalaman belajarnya yang telah diatur.
b.      Inquiry, yaitu peerta didik dilepas bebas untuk sesuatu melalui proses asimilasi yaitu memasukkan hasil pengamatan kedalam struktur atau penyusuain dalam struktur kognitif peserta didik yang telah ada dalam proses akomodasi yakni mengadakan perubahan-perubahan dalam struktur kognitif yang lama hingga cocok dan sesuai dengan fenomena baru yang diamati.

Kemudian oleh Bryon G. Massialas dalam Social Issue Through Inquiry, dijelaskan ada dua pendekatan mengajar, yaitu pendekatan expository dan inquiry.
1.      Pendekatan Ekspository
Hakikat belajar menurut pandangan ini adalah penyampaian ilmu pengetahuan kepada peserta didik yang dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan guru. Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan lisan.
2.      Pendekatan Inquiry
Proses pengajaran harus dipandang sebagai stimulus rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat dalam aktivitas pengajaran. Peranan guru adalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.
Ada 5 tahap yang harus ditempuh.
-          Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik.
-          Penetapan jawaban sementara/pengajuan hipotesis.
-          Peserta didik mencari informasi, data, yang diperlukan untuk memecahkan masalah dan menguji hipotesis.
-          Menarik kesimpulan dari jawaban.
-          Aplikasi kesimpulan dalam situasi baru.
Untuk dapat menggunakan pendekatan inquiry diperlukan persyaratan berikut:
-          Guru haru terampil memilih masalah yang relevan dan sesuai daya nalar peserta didik.
-          Guru harus terampil memberikan motivasi belajar dan menciptakan situasi pengajaran yang menyenangkan/menarik minat peserta didik.
-          Tersedia fasilitas dan sumber belajar yang memadai.
-          Terjamin kebebasan peserta didik dalam berpendapat, berkarya, dan sebagainya.
-          Kesediaan peserta didik untuk partisipasi aktif belajar.
-          Guru tak banyak intervensi dalam kegiatan belajar peserta didik.
d.      Peroses pengelolaan pesan
Ada dua macam proses (berpikir) dalam pengajaran.
1.      Proses deduktif. Suatu proses pengajaran yang beranjak dari yang umum untuk dilihat keberlakuan atau akibatnya pada yang khusus, dari prinsip ke kasus.
2.      Proses induktif. Suatu peristiwa/proses pengajaran yang beranjak dari contoh-contoh kasus/konkret pada prinsip umum atau generalisasi.
e.       Tujuan-tujuan Belajar/Pengajaran
Ada lima macam hasil belajar dijelaskan oleh Ratna Wilis Dahar (1988: 162-167) sebagai berikut:

1.      Keterampilan Intelektual
Keterampilan-keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Untuk memperoleh aturan-aturan ini, peserta didik sudah harus belajar beberapa konsep konkret, dan untuk belajar konsep-konsep konkret ini, peserta didik harus menguasai diskriminasi-diskriminasi.
a.       Diskriminasi-diskriminasi
Diskriminasi merupakan suatu kemampuan untuk mengadakan respons yang berbeda terhadap stimulus-stimulus yang berbeda dalam satu atau lebih dimensi fisik. Dalam kasus yang paling sedehana, seseorang memberikan respons, bahwa dua stimulus sama atau berbeda. Diskriminasi merupakan keterampilan intelektual yang paling dasar. Pengajaran diskriminasi paling banyak diberikan pada anak-anak kecil dan anak-anak atau orang-orang yang cacat mental (mentaly retarted).
b.      Konsep-konsep konkret
Salah satu keterampilan intelektual ialah konsep konkret, dan suatu konsep menunjukkan suatu sifat objek  atau atribut objek (warna bentuk dan lain-lain). Konsep-konsep ini disebut “Konkret”, sebab penampilan manusia yang dibutuhkan konsep-konsep ini ialah mengenai suatu objek yang konkret. Contoh sifat-sifat objek ialah bulat, persegi, biru, merah, halus dan lain-lain.
c.       Konsep terdefinisi
Seseorang dikatakan telah belajar suatu konsep terdefinisi bila ia dapat mendemontrasikan arti dari kelas tertentu tentang objek-objek, kejadian-kejadian, atau hubungan-hubungan. Misalnya, kita perhatikan konsep asam, suatu zat yang memerahkan kertas lakmus biru. Untuk memiliki konsep terdefinisi ini, peserta didik sudah dapat menunjukkan konsep-konsep konkret, yaitu zat, merah, dan dan kertas lakmus biru.
d.      Aturan-aturan
Seseorang telah belajar. Suatu aturan, bila penampilannya mempunyai semacam “keteraturan” dalam berbagai situasi-situasi khusus. Suatu konsep terdefinisi merupakan suatu bentuk khusus dari aturan yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek dan kejadian-kejadian. Konsep terdefinisi adalah suatu aturan pengklasifikasian
e.       Aturan-aturan tingkat tinggi
Ada kalanya, aturan-aturan yang kita pelajari merupakan gabungan yang kompleks tentang aturan-aturan yang lebih sederhana. Aturan-aturan tingkat tinggi ditemukan untuk memecahkan suatu masalah praktis atau sekelompok  masalah-masalah. Suatu kondisi yang esensial yang membuat belajar aturan-aturan tingkat tinggi suatu kejadian pemecahan masalah ialah, karena tidak adanya bimbingan belajar, apakah dalam bentuk komunikasi verbal atau dalam bentuk lain. Bimbingan belajar diberikan oleh si pemecah masalah itu sendiri, tidak oleh guru atau sumber eksternal lain. Aturan-aturan memegang peranan penting dalam memecahkan masalah. Tidak mungkin bagi peserta didik untuk memperoleh semua aturan yang diperlukan bagi setiap situasi. Konsep-konsep  dan aturan-aturan harus disintesis menjadi bentuk-bentuk kompleks yang baru agar peserta didik dapat menghadapi situasi-situasi masalah yang baru. Pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan manusia yang menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang telah diperoleh sebelumnya, dan tidak sebagai suatu keterampilan generik.
2.      Strategi Kognitif
Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir ialah strategi kognitif. Dalam teori belajar modern, suatu strategi proses internal yang digunakan peserta didik untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berpikir.
Berbagai macam strategi kognitif yang peneglompokannya disarankan oleh Weinstein dan Mayer (1986).
a.       Strategi-strategi menghapal
Latihan berupa mengulangi nama-nama dalam suatu urutan (misalnya, nama pahlawan-pahlawan, tahun-tahun pecahnya Perang Dunia dan lain-lain). Dalam mempelajari tugas-tugas yang kompleks, misalnya mempelajari tugas-tugas yang lebih penting, menghapal dapat dilakukan dengan menggaris bawahi gagasan-gagasan penting itu, atau dengan menyalin bagian dari teks.
b.      Strategi-strategi elaborasi
Dalam menggunakan teknik elaborasi, peserta didik mengasosiasikan hal-hal yang akan dipelajari dengan bahan-bahan lain yang tersedia. Bila diterapkan pada belajar dari teks prosa misalnya, kegiatan-kegiatan elaborasi merupakan pembuatan  paraphrasa, pembuatan ringkasan, pembuatan catatan, dan perumusan pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban-jawaban.
c.       Strategi-strategi pengaturan
Menyusun materi yang akan dipelajari ke dalam suatu kerangka yang teratur, merupakan teknik dasar dari strategi-strategi ini. Hubungan-hubungan antara fakta-fakta disusun menjadi tabel-tabel, memungkinkan penggunaan pertolongan penyusunan ruang untuk menghapal materi pelajaran. Cara lain ialah dengan membuat garis-garis besar tentang gagasan-gagasan utama dan menyusun organisasi-organisasi baru untuk gagasan-gagasan itu.
d.      Strategi-strategi metakognitif
Strategi-strategi metakognitif meliputi kemampuan-kemampuan peserta didik untuk menentukan tujuan-tujuan belajar, memperkirakan keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan itu dan memiilh alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
e.       Strategi-strategi efektif
Teknik-teknik ini digunakan para peserta didik untuk memusatkan dan mempertahankan perhatian, untuk mengendalikan kemarahan dan menggunakan waktu secara efektif.
3.      Informasi Verbal
Informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang, dari membaca, dari radio, televisi, dan media lain-lainnya.
4.      Keterampilan-keterampilan Motorik
Keterampilan-keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegitaan fisik, melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabungkan dengan keterampilan intelektual, mislanya bila membaca, menulis, memainkan sebuah instrumen musik atau dalam pelajaran sains, bagaimana menggunakna berbagai macam alat, seperti mikroskop, berbagai alat-alat lisrik dalam pelajaran fisika, dan burat, alat distilasi, dalam pelajaran kimia.



5.      Sikap-sikap
Sikap merupakan bawaan yang dapat dipelajari, dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau makhluk-makhluk hidup lainnya.
         Bloom Cs. beserta para penerus gagasan-gagasannya pada garis besanya telah mengklasifikasikan tujuan pengajaran kedalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
1.      Ranah Kognitif, meliputi enam kategori secara hierarkis, sehingga menjadi taraf-taraf yang semakin kompleks.
a.       Pengetahuan
b.      Permohonan
c.       Penerapan
d.      Analisis
e.       Sintesis
f.       Evaluasi
2.      Ranah Afektif, meliputi lima kategori secara hierarkis
a.       Penerimaan
b.      Partisipasi
c.       Penilaian/Penentuan Sikap
d.      Organisasi
e.       Pembentukan Pola Hidup
3.      Ranah Psikomotorik, inilah yang dikembangkan Simpson (bukan Bloom dan kawan-kawan). Ranah ini meliputi tujuh kategori secara hierarkis
a.       Persepsi
b.      Kesiapan
c.       Gerakan terbimbing
d.      Gerakan terbiasa
e.       Gerakan yang kompleks
f.       Penyesuaian pola gerakan
g.      kreativitas
2. Pengelompokan Bruce Joyce dan Marsha Weil
a. Klasifikasi Model-model Interaksi Sosial
        Bahwa proses soaial yang demokrasi perlu dikembangkan untuk melakukan perbaikan masyarakat dalam arti yang luas secara built-in dan kontinu. Model-model interaksi sosial ini terdiri dari:
1.      Model jurisprudensi
2.      Kerja kelompok
3.      Inkuiri sosial
4.      Metode laboraturium
b. Klasifikasi Model-model Pengolahan Informasi
        Klasifikasi ini berangkat dari prinsip-prinsip pengolahan informasi oleh manusia: bagaimana ia menangani stimulus dai lingkungan, mengolah data, mendeteksi masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Model-model ini antara lain:
1.      Mengajar induktif
2.      Latihan inkuiri
3.      Inkuiri dalam IPA
4.      Pembentukan konsep
5.      Metode developmental
6.      Advance organizer
c. Klasifikasi Model-model Personal-Humanistik
        Klasifikasi model-model ini mengutamakan proses pengorganisasian internal yang dilakukan individu dan pengaruhnya terhadap cara dan proses pergaulan individu dengan lingkungannya maupun dengan dirinya sendiri. Yang termasuk model-model personal-humanistik adalah:
1.      Pengajaran non-direktif
2.      Pertemuan kelas
3.      Model sintesis
4.      Model sistem konseptual
d. Klasifikasi Model-model Tingkah Laku
        Model ini berdasarkan pada mementingkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang  memungkinkan manipulasi “reinforcement atau penguatan tingkah laku” yang dikehendaki.
C.    CBSA Sebuah Strategi Pengajaran
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) merupakan strategi partisipasi peserta didik sebagai subjek didik secara optimal sehingga peserta didik mampu mengubah dirinya (tingkah laku, cara berfikir, dan sikap) secara lebih efektif dan efesien. Dalam dunia pengajaran CBSA bukan sebagai hal yang baru. Malahan, dalam teori pengajaran CBSA merupakan konsekuensi logis dari pengajaran yang semestinya dan untuk memenuhi prinsip-prinsip pengajaran, aktivtas, individualitas, kebebasan, kerja sama, dan perinsip pengajaran lainnya. Adapun kehadiran CBSA sebagai sebuah alternatif strategi pengajaran untuk mempertinggi dan mengoptimalkan aktivitas dan keterlibatan peserta didik dalam proses pengajaran belajar. Dalam mengoptimalisasikan keaktifaan belajar peserta didik itu dapat dikondisikan melalui indikator CBSA dapat dilihat tingkah laku yang mana yang muncul dalam suatu proses pengajaran berdasarkan apa yang dirancang oleh guru. Indikator itu dapat dilihat dari lima segi.
1.      Dari segi peserta didik, dapat dilihat dari
-          Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dari permasalahan
-          Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk partisipasi dalam kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar.
-          Pemanpilan berbagai usaha belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar hingga mencapai keberhasilan
-          Kebebasan melakukan hal tersebut diatas tanpa tekanan guru ataupun pihak lainnya.
-           
2.      Dari segi guru
-          Usaha mendorong, membina gairah belajar dan partisipasi peserta didik secara aktif.
-          Peran guru tidak mendominasi kegiatan proses belajar peserta didik.
-          Memberi kesempatan peserta didik untuk belajar menurut cara dan keadaan masing-masing.
-          Menggunakan berbagai jenis metode mengajar pendekatan multimedia.
3.      Dari segi pogramnya, hendaknya:
-          Tujuan pengajaran dan konsep maupun isi pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat , dan kemampuan subjek didik.
-          Program cukup jelas, dapat dimengerti, dan menantang peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.
-          Bahan pengajaran mengandung fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan.
4.      Dari segi sarana belajar:
-          Ada sumber-sumber belajar bagi peserta didik
-          Fleksibilitas waktu untuk kegiatan belajar
-          Dukungan dari berbagai jenis media pengajaran.













BAB 3
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Strategi pengajaran merupakan tindakan guru melaksanakan rencana mengajar. Artinya, usaha guru dalam menggunakan berbagai variabel pengajaran (tujuan, bahan, metode,dan alat, serta evaluasi) agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam hal ini ada dua pengelompokan yaitu pengelompokan dari Gagne dan Briggs dan pengelompokan menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil. Pengelompokan Gagne dan Briggs: pengaturan guru dan  peserta didik, struktur events pengajaran, peranan guru-peserta didik dalam mengelola pesan, proses pengelolaan pesan, tujuan-tujuan belajar/pengajaran. Pengelompokan Bruce Joyce dan Marsha Weil terbagi menjadi beberapa bagian yaitu: klasifikasi model-model interaksi sosial, klasifikasi model-model pengolahan informasi, klasifikasi model-model personal-humanistik, dan klasifikasi model-model tingkah laku.
CBSA Sebuah Strategi Pengajaran, didalam CBSA ada beberapa pengelompokan lagi yaitu: Dari segi peserta didik, Dari segi guru, Dari segi pogramnya, dan Dari segi sarana belajar.

B.     Saran
Dengan adanya pembahasan tentang strategi pengajaran, penulis berharap semoga menjadi gerakan awal dalam merevolusi diri kita masing-masing agar menjadi lebih baik untuk memahami konsep pendidikan dan pengelolaan didalamnya.






DAFTAR PUSTAKA

Rohani, Ahmad.2010.Pengelolaan Pengajaran.Jakarta: Rineka Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar