BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Matematika Hindu (India)
2.1.1
Sejarah Matematika India
Matematika
India atau juga bisa disebut Matematika Hindu muncul pada abad ke-26 SM dan
berakhir pada abad ke-14 M. Matematika India ini berkembang setelah matematika
China dan berakhir tepat sebelum munculnya matematika Eropa abad pertengahan.
Matematika India dimulai sejak munculnya sebuah peradaban yang terletak di
daerah aliran Sungai Indus. Peradaban ini biasa disebut Peradaban Lembah Indus.
Sekitar
abad ke-15 SM bangsa India diusir oleh bangsa Arya yang datang dari Asia
Tengah. Beberapa penulis agama juga menulis sejarah matematika karena dalam
pembangunan altar Budha direntangkan tali yang menunjukkan pengenalan tigaan
Pythagoras.
Kemudian
lahirlah matematika Vedanta yang berkembang di India sejak Zaman besi. Sekitar
abad ke-9 SM, seorang matematikawan bernama Shatapatha Brahmana mulai menemukan
pendekatan nilai π, dan kemudian antara abad ke-8 dan ke-5 SM, Sulba Sutras
memberikan tulisan-tulisan geometri yang menggunakan bilangan rasional,
bilangan prima, aturan tiga dan akar kubik yaitu dengan menghitung akar kuadrat
dari 2 sampai sebagian dari seratus ribuan, memberikan metode konstruksi
lingkaran dan perhitungan luasnya menggunakan susunan persegi, menyelesaikan
persamaan linear dan kuadrat serta menggembangkan Tripel Pythagoras secara
aljabar, dan memberikan pernyataan dan bukti numerik untuk teorema Pythagoras.
Pada
tahun 550 bangsa Hindu menemukan bilangan nol dan penulisan sistem letak untuk
bilangan. Angka India atau Argam Hindiyyah dimulai satu tempat kosong untuk
angka nol, ini terbukti telah dituliskan posisi itu pada Kitab Injil orang
India. Para ahli matematika India telah lama menemukan bilangan nol, tetapi
belum ada simbolnya. Kemudian Aryabrata menyebut bilangan nol dengan kata
“kha”. Aryabrata telah memasukkan nol dalam sistem perhitungan bukan sekedar
tempat kosong. Konsep bilangan nol menggunakan satu tempat kosong di dalam
pengaturan bentuk tabel telah dikenal dan digunakan di India dari abad ke-6.
Penggunaan simbol nol oleh orang India yang pasti adalah di Gwalior Tablet
Stone pada tahun 876. Dokumen tersebut tercetak pada lempengan tenbaga dengan
simbol “o” kecil tercetak di situ. Ensiklopedi Britanica mengatakan “Literatur
Hindu membuktikan bahwa bilangan nol mungkin telah dikenal di depan kelahiran
Kristus, tetapi tidak ada catatan yang ditemukan dengan simbol seperti itu di
depan abad ke-9”. Ide-ide brilian dari matematikawan India selanjutnya
dipelajari oleh matematikawan Muslim dan Arab. Hal ini terjadi pada tahap-tahap
awal ketika matematikawan Al-Khawarizmi meneliti sistem perhitungan Hindu
(India) yang menggambarkan sistem nilai tempat dari bilangan yang melibatkan
bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Al-Khawarizmi adalah yang pertama
kali memperkenalkan penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis
sepuluh. Sistem ini disebut sebagai Sistem Bilangan Desimal.
2.1.2
Sistem Bilangan
India
Penomoran
India berdasarkan basis 10. Ada beberapa macam angka di India yaitu angka
Brahmi, angka Gupta dan angka Nagari.
1. Angka Brahmi
Kebanyakan
sistem angka kedudukan yang menggunakan 10 sebagai asas yang digunakan di
seluruh dunia adalah berasal dari India. Sistem angka India lazimnya dikenali di
Barat sebagai sistem angka Hindu-Arab atau angka Arab, karena ia diperkenalkan
di Eropa melalui orang Arab.
Digit
1 hingga 9 dalam sistem angka Hindu-Arab berevolusi dari angka Brahmi.
Angka
Brahmi ditemukan pada prasasti di gua dan kuil di daerah dekat Poona, Bombay
dan Uttar Pradesh, prasasti yang berbeda, berbeda pula bentuk simbolnya. Angka
Brahmi sudah digunakan lebih lama sampai abad 4M.
2. Angka Gupta
Periode
Gupta adalah selama dinasti Gupta memerintah sampai ke Magadha di Timur laut
India pada awal abad 4M sampai akhir abad 6M. Angka Gupta dibangun dari angka
Brahmi dan tersebar luas oleh kerajaan Gupta
Angka
Gupta lalu berkembang menjadi angka Nagari kadang-kadang juga disebut angka
Devahagari.
3. Angka Nagari
Angka
Nagari sering disebut-sebut oleh Al-Biruni sebangai “kebanyakan bilangan”
karena banyak dikirim ke dalam dunia Arab. Angka Nagari sering disebut angka
Devanagari. Angka India menyebar ke bagian dunia antara abad 7 sampai 16 M dan
sudah menyebar sampai di Eropa diakhir abad 5 M.
Angka
Devanagari
|
Hindu-Arab
|
Perkataan
Sanskrit untuk angka ordinal
|
०
|
0
|
śūnya (शून्य)
|
१
|
1
|
1
éka (एक)
|
२
|
2
|
2
dvi (द्वि)
|
३
|
3
|
3
trí (त्रि)
|
४
|
4
|
4
chatúr (चतुर्)
|
५
|
5
|
5
pañch (पञ्च)
|
६
|
6
|
6
ṣáṣ (षष्)
|
७
|
7
|
7
saptá (सप्त)
|
८
|
8
|
8
aṣṭá (अष्ट)
|
९
|
9
|
9
náva (नव
|
Berdasarkan
angka-angka yang ditemukan di India kita dapat mengetahui perkembangan sistem
angka India yaitu dari angka Brahmi menuju angka Gupta kemudian kedalam angka
Nagari dan selanjutnya angka-angka India tersebut dikembangkan di bangsa Arab
dan beerkembang menjadi angka modern yang kita gunakan sekarang ini.
4. Sejarah Nol
Sekitar
650M penggunaan nol sebagai angka sudah masuk pada matematika India. Bangsa
India juga menggunakan sistem tempat nilai dan nol untuk menandakan tempat yang
kosong. Bahkan ada buktinya penyangga tempat yang kosong pada posisi angka dari
awal 200M di India tetapi beberapa sejarawan menyangkal hal tersebut karena
dianggap tidak asli.
Sekitar
tahun 500M Aryabhata merancang sistem angka yang belum terdapat angka nol. Ia
menggunakan kata “kha” untuk posisi dan selanjutnya digunakan untuk menandakan
tempat yang kosong pada sistem penulisan. Cukup menarik ketika dokumen yang
sama kadang-kadang menggunakan titik untuk menandakan hal yang tidak diketahui
yang biasanya kita menggunakan x. Belakangan matematika India mensahkan nol
pada posisi angka namun belum ada simbol yang mewakilinya.
Brahmagupta
mencoba memberikan aturan pada aritmatika dengan melibatkan angka nol dan
negative pada abad ke-7. Ia menjelaskan bahwa menentukan angka dan jika kamu
mensubtrasikannya sendiri maka kamu mendapat nol. Ia memberikan peraturan
tambahan yang berhubungan dengan nol. Sbb :
Jumlah
angka nol dan negatif adalah negatif, jumlah angka nol dan positif adalah
positif, jumlah nol dan nol adalah nol.
Subtraksi
terlihat lebih keras:
Angka
negatif disubtraksikan dari nol adalah positif, angka positif disubtraksikan
dari nol adalah negatif, nol disubtraksikan dari angka negatif adalah negatif,
nol disubtraksikan dari nol adalah nol.
Sebenarnya
Brahma gupta berkata sangat sedikit ketika ia mengemukakan bahwa n dibagi nol
adalah n/0. Ia salah ketika ia mengklaim bahwa nol dibagi nol adalah nol. Akan
tetapi, suatu percobaan yang jenius dari orang pertama yang kita tahu mencoba
untuk mengembangkan aritmatika pada angka negatif dan nol.
Pada
830 Mahavira menulis Ganita Sara Samgraha yang dibuat untuk memperbaharui buku
Brahmagupta. Ia menyatakan bahwa :
Angka
yang dikalikan nol hasilnya nol, dan angka akan tetap sama apabila nol
disubtraksikan dengan angka tersebut.
Bagaimanapun
juga ia mencoba untuk memperbaiki pernyataan Brahmagupta tentang pembagian nol
yang terlihat banyak membuat kesalahan. Ia menulis:
“Angka
akan tetap sama jika dibagi dengan nol’’.
Bhaskara
menulis lebih dari 500 tahun setelah Brahmagupta. Ia menulis:
Banyaknya
pembagian nol menjadi penyebut bilangan pecahan adalah nol. Bilangan pecahan
ini mempunyai batas yang tidak terbatas. Dalam jumlah ini terdiri dari nol
sebagai penyebut tidak ada perubahan, walaupun banyak yang dimasukkan atau
dikeluarkan tidak ada perubahan Tuhan yang tidak terbatas dan tidak dapat
digantikan ketika dunia diciptakan atau dihancurkan, walau banyak sekali
pesanan yang diserap maupun dikeluarkan.
Maka
Bhaskara mencoba untuk memecahkan masalah dengan menulis n/0 = ∞ di lihat
pertama kali mungkin kita terbujuk untuk percaya Bhaskara benar, tetapi tentu
saja dia tidak benar. Apabila benar bahwa waktu nol adalah harus sejajar dengan
semua angka n, maka semua angka adalah sejajar. Matematika India tidak
menyimpulkan pada hal pembenaran bahwa sesuatu tidak dapat dibagi dengan
nol. Akan tetapi, Bhaskara juga mempunyai pernyataan yang benar seperti 02 = 0
dan 0 = 0.
Bangsa
Maya yang hidup di Amerika Tengah, yang sekarang dikenal Meksiko Selatan,
Guetemala, dan Utara Belize. Pada tahun 665 mereka menggunakan sistem angka
nilai-tempat dengan nilai dasar 20 dengan menggunakan simbol 0.
Suatu
kerja yang jeneus dari matematikawan India dikirimkan matematikawan Islamis dan
Arabis jauh ke barat. Inilah awal bagi Al’Khwarizmi yang menulis Al’Khwarizmi
on the Hindu Art of Reckoning. Yang menggambarkan sistem angka place-value
dengan nilai dasar 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 0. Hasil inilah yang digunakan
Irak dimana 0 dianggap awal dari sistem penulisan.
2.1.3
Tokoh Matematika
India
1. Pāṇini (kira-kira abad ke-5 SM)
Pāṇini
yang merumuskan aturan-aturan tata bahasa Sanskerta. Notasi yang dia gunakan
sama dengan notasi matematika modern, dan menggunakan aturan-aturan meta,
transformasi, dan rekursi
2. Surya Siddhanta (kira-kira abad
ke-400 SM)
Surya
Siddhanta memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus, dan balikan sinus,
dan meletakkan aturan-aturan yang menentukan gerak sejati benda-benda langit,
yang bersesuaian dengan posisi mereka sebenarnya di langit. Daur waktu
kosmologi dijelaskan di dalam tulisan itu, yang merupakan salinan dari karya
terdahulu, bersesuaian dengan rata-rata tahun siderik 365,2563627 hari, yang
hanya 1,4 detik lebih panjang daripada nilai modern sebesar 365,25636305 hari.
Karya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan bahasa Latin pada Zaman
Pertengahan.
Surya
Siddhanta adalah salah satu buku astronomi terawal India, meskipun karya
tersebut dalam bentuk yang kita kenal sekarang berasal dari sekitar setelah
tahun 400 M. Dalam Siddhanta terdapat peraturan-peraturan yang menjelaskan
pergerakan benda-benda angkasa yang sesuai dengan letak asli mereka di langit.
Tidak diketahui siapa penulis Siddhanta atau kapan buku ini pertama kali
disusun, namun umumnya versi-versi yang ditemukan berasal dari sekitar abad
ke-4. Matematikawan dan astronom India dari periode-periode selanjutnya,
misalnya Aryabhata merujuk kepada naskah ini, sementara terjemahan-terjemahan
dalam bahasa Arab dan Latin kelak menjadi berpengaruh di Timur Tengah dan
Eropa.
3. Aryabhata (abad ke-499)
Aryabhata
adalah matematikawan dan astronom India yang lahir pada tahun 475 M dan
meninggal pada tahun 550 M. Dia hidup di zaman yang sulit untuk mengembangkan
matematika. Bahkan, pada masa itu dia merupakan satu-satunya orang yang
menemukan rumus-rumus matematika sebelum lahirnya ahli-ahli matematika pada
masa modern kini.
Pada
tahun 499 M, saat usianya baru 23 tahun ia sudah berhasil membuat sebuah karya
besar. Karyanya itu adalah sebuah Kitab yang ia beri judul mirip dengan namanya
yakni Aryabhatiya. Kitab ini begitu populer karena didalamnya ia memperkenalkan
fungsi versinus, menghasilkan tabel trigonometri India pertama tentang sinus,
mengembangkan teknik-teknik algoritma aljabar, infinitesimal, dan persamaan
diferensial, serta memperoleh solusi seluruh bilangan untuk persamaan linear
oleh sebuah metode yang setara dengan metode modern. Tak hanya matematika, di
dalam kitab ini ia juga menuliskan perhitungan astronomi yang akurat
berdasarkan sistem heliosentrisgravitasi. Saking populernya, kitab ini
diterjemahkan kedalam bahasa Arab pada abad ke-8 M, dan kemudian dalam bahasa
Latin pada abad ke-13 M.
Penemuannya
yang lain dalam matematika adalah penemuan rumus π (phi). Ia memberikan nilai π
yang bersesuaian dengan 62832/20000 = 3,1416. Ia juga membuat rumus untuk
menemukan luas segitiga, lingkaran, dll. Dalam rumus lingkaran, ia membuat
peraturan yang menyatakan komponen utama pemecahan keliling sebuah lingkaran
ada pada diameternya.
4. Brahma Gupta
Brahma
Gupta adalah matematikawan besar India berikutnya, ia hidup dari tahun 598
sampai 660 M. Karyanya yang terkenal adalah Brahma Siddhanta yang terdiri dari
dalil dan peraturan. Pada tahun 628 M Brahma Gupta menulis sebuah buku berjudul
Brahma Gupta Siddhanta sebagai perbaikan dari buku sebelumnya. Dalam buku
barunya ini ia menulis 2 bab tentang matematika, yaitu bab 12 dan 18 yang
didalamnya terdapat teorema-teorema yang sudah diakui sebagai teorema yang
benar. Namun ada pendapat beberapa ahli yang mengatakan bahwa teorema Brahma
Gupta tidak benar. Disamping itu terdapat pula teorema-teorema Brahma Gupta
yang eksak yaitu dengan memanfaatkan rumus-rumus Archimedes Heron untuk
menentukan jari-jari lingkaran luar suatu segitiga. Salah satu contohnya adalah
saat Brahma Gupta membuat rumus yang ekivalen dengan rumus trigonometri yang
kita pakai sekarang yakni:
2R= a/sin A= b/sin B =c/sinC
Yang
merupakan formulasi kembali dari hasil karya ptolami barangkali hasil yang
paling menarik dari Brahma Gupta adalah menggeneraisasikan dari rumus beron
untuk menentukan luas segi empat yakni :
K=√(s-a)(s-b)(s-c)(s-d)
5. Mādhava
Mādhava
dari Sangamagrama (lahir dengan nama Irinjaatappilly Madhava Namboodiri) (c.
1350 – c. 1425) adalah matematikawan dan astronom India dari kota Irinjalakkuda
(dekat Cochin, Kerala, India). Ia merupakan pendiri sekolah astronomi dan
matematika Kerala. Mādhava dianggap sebagai salah satu matematikawan-astronom
terbesar pada abad pertengahan, dan telah menyumbangkan kontribusi dalam deret
takhingga, kalkulus, trigonometri, geometri dan aljabar.
Karya
Madhava diduga dikirim ke Eropa melalui misionaris-misionaris Yesuit dan
pedagang yang aktif disekitar pelabuhan Kochi, sehingga memberikan pengaruh
terhadap perkembangan kalkulus di Eropa.
Karya
Madhava yang memberikan suatu urutan untuk π diterjemahkan kedalam bahasa
matematika modern,dibaca
Πr =4r –(4r)/3+(4r)/s
Pada
abad ke-14, Madhava dari Sangamagrama menemukan rumus Leibniz untuk pi, dan,
menggunakan 21 suku, untuk menghitung nilai π sebagai berikut
3,14159265359
2.1.4
Penemuan Yang Berhubungan
dengan Matematika Di India
1. The Sulba Sutra
Catatan
tertua matematikawan India yang berisi lampiran teks-teks agama yang memberikan
aturan sederhana untuk membangun altar berbagai bentuk, seperti kotak, persegi
panjang, dan lain-lain. lampiran ini juga memberi metode untuk membuat
lingkaran dengan memberikan persegi yang luasnya sama. Serta berisi penjelasan
verbal awal mengenai teorema Pythagoras.
2. The Siddhanta Surya
Catatan
yang memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus, dan sinus invers, dan
meletakkan aturan untuk menentukan gerakan yang sebenarnya posisi benda-benda
langit.
3. Naskah Bakhshali
Naskah
Bakhshali merupakan naskah awal yang ditemukan ratusan tahun yang lalu.
Naskah
Bakhsahali sebuah buku petunjuk tentang aturan-aturan dan contoh ilustrasi dan
pemecahannya. Terutama tentang Aritmatika dan Aljabar serta beberapa Geometri
dan pengukuran. Naskah tersebut memberikan banyak pernyataan aturan kemudian
diikuti contoh dan tanda matematika serta pembuktiannya. Hanya sebagian besar
disimpan, maka kita tidak dapat memastikan ukuran atau keseimbangan antara
topik yang berbeda. Sebagian besar naskah telah rusak dan hanya sekitar 70 daun
pelepah pohon yang tersisa yang masih bertahan hingga naskah ini ditemukan.
Naskah tersebut diperkirakan disusun sekitar 400M.
4. Nilai π
Pemahaman
π oleh Aryabhata
Aryabhata
bekerja pada pendekatan untuk π dan memungkinkan telah sampai pada kesimpulan
bahwa π adalah tidak rasional. Pada bagian kedua dari Aryabhata (ganitapada
10), ia menulis dalam bahasa sansekerta, yang artinya :
“tambahkan
4 dan 100, kalikan dengan 8, dan kemudian menambahkan 62.000. dengan aturan ini
keliling lingkaran dengan diameter 20.000 dapat ditemui menjadi
∏ = = 3.1416
5. Geometri
Basis
dan inspirasi dari keseluruhan matematika India adalah geometri. Bekas-bekas
peninggalan awal pengetahuan geometri dari peradaban Lembah Indus dapat
ditemukan pada penggalian kota Harappa dan Mohenjo-daro, dimana terdapat bukti
berupa alat penggambar lingkaran yang berasal dari 2500 SM. Ilmu geometri yang
berasal dari India dapat diketahui melalui sebuah catatan konstruksi geometri
para pendeta Weda yang disebut Sulbasutra. Sulbasutra adalah panduan untuk
pembangunan altar-altar tersebut untuk pemujaan dan menjelaskan sejarah
geometri bangsa India. Altar-altar ini memiliki bentuk berbeda-beda tetapi
berdiri di wilayah yang sama. Sulbasutra berisi penjelasan verbal awal mengenai
teorema Pythagoras meskipun juga telah diketahui oleh bangsa Babilonia.
Dalil-dalil Sutrasulba berhubungan dengan pembagian gambar-gambar seperti garis
lurus, persegi panjang, lingkaran dan segitiga. Geometri Hindu terutama untuk
keperluan praktek. Geometri yang pertama mengenai pendirian altar agama Hindu.
Pendirian altar itu terkait dengan teorema Pythagoras.
6. Trigonometri
Penelitian
trigonometri oleh Aryabhata
Dalam
kitab Ganitapada 6, Aryabhata mengemukakan luas segitiga, yang artinya :
“untuk
segitiga, hasil yang tegak lurus dengan sisi setengah merupakan daerah”
7. Aljabar
Penelitian
Aljabar oleh Aryabhata
Didalam
kitab Aryabhata, Aryabhata memberikan hasil elegan untuk penjumlahan dari
serangkaian bilangan kuadrat dan bilangan pangka 3 :
12+22+...+n2 =
Dan
13+23+...+n3=(1+2+...+n)2
Jika x, y,
dan r merupakan sisi segitiga dan memenuhi persamaan x2+y2=r2 maka segitiga
tersebut pastilah siku-siku, dan dikatakan x, y, dan r adalah tripel
pythagoras.
Untuk
mencari tripel pythagoras kita bisa menggunakan rumus-rumus berikut :
x=a2-b2
y=2ab
r=x2+y2
dengan
ketentuan a>b
Kita bisa
memakai rumus tersebut sebagai berikut:
A
|
B
|
a2-b2
|
2ab
|
a2+b2
|
2
|
1
|
3
|
4
|
5
|
3
|
1
|
8
|
6
|
10
|
3
|
2
|
5
|
12
|
13
|
4
|
1
|
15
|
8
|
17
|
2.2.
Matematika Islam (Arab)
2.2.1.
Sejarah Matematika Dalam Peradaban Islam
Saat
ini ilmu pengetahuan, khususnya matematika, berkiblat ke negeri Barat (Eropa
dan Amerika). Kita hampir tidak pernah mendengar ahli matematika yang berasal
dari negeri Timur (Arab Muslim, India, Cina). Yang paling populer kita dengar
sebagai matematikawan Arab Muslim yang mempunyai kontribusi terhadap
perkembangan matematika adalah Al-Khawarizmi. Beliau dikenal sebagai bapak
Aljabar dengan memperkenalkan bilangan nol (0) dan penerjemah karya-karya
Yunani kuno. Kisah angka nol telah berkembang sejak zaman Babilonia dan Yunani
kuno, yang pada saat itu diartikan sebagai ketiadaan dari sesuatu. Konsep
bilangan nol dan sifat-sifatnya terus berkembang dari waktu ke waktu.
Hingga
pada abad ke-7, Brahmagupta seorang matematikawan India memperkenalkan beberapa
sifat bilangan nol. Sifat-sifatnya adalah suatu bilangan bila dijumlahkan
dengan nol adalah tetap, demikian pula sebuah bilangan bila dikalikan dengan
nol akan menjadi nol. Tetapi Brahmagupta menemui kesulitan dan cenderung ke
arah yang salah ketika berhadapan dengan pembagian oleh bilangan nol. Hal ini
terus menjadi topik penelitian pada saat itu, bahkan sampai 200 tahun kemudian.
Misalnya tahun 830, Mahavira (India) mempertegas hasil-hasil Brahmagupta,
bahkan menyatakan bahwa "Sebuah bilangan dibagi oleh nol adalah tetap".
Tentu saja ini suatu kesalahan fatal. Tetapi hal ini tetap harus sangat
dihargai untuk ukuran saat itu. Ide-ide brilian dari matematikawan India
selanjutnya dipelajari oleh matematikawan Muslim dan Arab.
Hal
ini terjadi pada tahap-tahap awal ketika matematikawan Al-Khawarizmi meneliti
sistem perhitungan Hindu (India) yang menggambarkan sistem nilai tempat dari
bilangan yang melibatkan bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.
Al-Khawarizmi adalah yang pertama kali memperkenalkan penggunaan bilangan nol
sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh. Sistem ini disebut sebagai sistem
bilangan desimal.
Sejarah
mencatat bahwa setelah Yunani runtuh, muncul era baru, yaitu era kejayaan Islam
di tanah Arab. Hal ini berakibat bahwa perkembangan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan berpusat dan didominasi oleh umat Islam-Arab. Yang dimaksud dengan
Arab di sini meliputi wilayah Timur Tengah, Turki, Afrika Utara, daerah
perbatasan Cina, dan sebagian dari Spanyol yang sesuai dengan wilayah kekuasaan
kekhalifahan Islam pada saat itu.
Khalifah
Harun Al-Rashid, khalifah kelima pada masa dinasti Abassiyah, sangat
memerhatikan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masa kekhalifahannya, yang
dimulai pada sekitar tahun 786, terjadi proses penerjemahan besar-besaran
naskah-naskah matematika (juga ilmu pengetahuan lainnya) bangsa Yunani kuno ke
dalam bahasa Arab. Bahkan khalifah berikutnya, yaitu khalifah Al-Ma’mun lebih
besar lagi perhatiannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masa
kekhalifahannya di Bagdad didirikan Dewan Kearifan, yang menjadi pusat
penelitian dan penerjemahan naskah Yunani. Beasiswa disediakan bagi para
penerjemah dan umumnya mereka bukan hanya ahli bahasa, tetapi juga merupakan
ilmuwan yang ahli dalam matematika. Misalnya Al-Hajjaj menerjemahkan naskah Elements
(berisi kumpulan pengetahuan matematika) yang ditulis Euclid. Beberapa
penerjemah lainnya misalnya Al-Kindi, Banu Musa bersaudara, dan Hunayn Ibnu
Ishaq. Seperti yang banyak dikemukakan ahli sejarah matematika, terutama yang
ditulis oleh orang Barat.
Kontribusi
Muslim bagi perkembangan matematika adalah terbatas pada aktivitas penerjemahan
naskah Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Banyak ahli sejarah matematika yang
tidak menampilkan tentang sumbangan besar Muslim terhadap perkembangan
matematika, baik karena sengaja atau ketidaktahuannya.
Namun
tidak sedikit pula ahli sejarah matematika dari Barat yang lebih objektif dalam
mengemukakan fakta-fakta yang sebenarnya terjadi. Dalam satu sumber yang
ditulis oleh J. J. O’Connor dan E. F. Robertson dikatakan bahwa dunia barat
sebenarnya telah banyak berutang pada para ilmuwan/matematikawan Muslim. Lebih
lanjut bahwa perkembangan yang sangat pesat dalam matematika pada abad ke-16
hingga abad ke-18 di dunia barat, sebenarnya telah dimulai oleh para matematikawan
Muslim berabad-abad sebelumnya.
Al-Khawarizmi
adalah seorang matematikawan yang memberikan kontribusi dalam bidang aljabar.
Beliau meneliti suatu revolusi besar dalam dunia matematika, yang menghubungkan
konsep-konsep geometri dari matematika Yunani kuno ke dalam konsep baru.
Penelitian-penelitian Al-Khawarizmi menghasilkan sebuah teori gabungan yang
memungkinkan bilangan rasional/irasional, dan besaran-besaran geometri.
Generasi
penerus Al-Khawarizmi, misalnya Al-Mahani (lahir tahun 820) dan Abu Kamil
(lahir tahun 850), memusatkan penelitian pada aplikasi-aplikasi sistematis dari
aljabar. Misalnya aplikasi aritmetika ke aljabar dan sebaliknya, aljabar
terhadap trigonometri dan sebaliknya, aljabar terhadap teori bilangan, aljabar
terhadap geometri dan sebaliknya. Penelitian-penelitian ini mendasari
penciptaan aljabar polinom, analisis kombinatorik, analisis numerik, solusi
numerik dari persamaan, teori bilangan, dan konstruksi geometri dari persamaan.
Selain
itu generasi Al-Khawarizmi adalah Al-Karaji (lahir tahun 953). Beliau diyakini
sebagai orang pertama yang secara menyeluruh memisahkan pengaruh operasi
geometri dalam aljabar. Al-Karaji mendefinisikan monomial x, x2, x3,…dan 1/x,
1/x2, 1/x3,…dan memberikan aturan-aturan untuk perkalian dari dua suku darinya.
Selain itu, ia juga berhasil menemukan teorema binomial untuk pangkat bilangan
bulat. Selanjutnya untuk memajukan matematika, ia mendirikan sekolah aljabar.
Generasi penerusnya (200 tahun kemudian), yaitu Al-Samawal adalah orang pertama
yang membahas topik baru dalam aljabar. Menurutnya bahwa mengoperasikan sesuatu
yang tidak diketahui (variabel) adalah sama saja dengan mengoperasikan sesuatu
yang diketahui.
Kemajuan
peradaban manusia sangat dipengaruhi oleh kemajuan penerapan matematika oleh kelompok
manusia itu sendiri. Walaupun peradaban manusia berubah dengan pesat, namun
bidang matematika terus relevan dan menunjang pada perubahan ini. Matematika
merupakan objek yang paling penting di dalam sistem pendidikan di seluruh
negara di dunia ini. Negara yang mengakibatkan pendidikan matematika sebagai
prioritas utama akan tertinggal dari segala bidang, dibanding dengan
negara-negara lain yang memberikan tempat bagi matematika sebagai subjek yang
sangat penting. Seperti kita ketahui dari negara kita, sejak sekolah dasar
sampai universitas syarat pengajaran matematika sangat dibutuhkan terutama
dalam bidang lain dan teknik. Tidak tertutup juga untuk ilmu-ilmu sosial
seperti ekonomi yang membutuhkan analisis kuantitatif untuk membantu membuat
keputusan yang lebih akurat berdasarkan data-data pelajar yang mempunyai nilai
yang baik dalam matematika biasanya tidak akan mempunyai masalah apabila dia
akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi, baik itu bidang lain, teknik maupun
sosial. Untuk bidang lain, matematika dan statistik adalah ratunya. Secara
umumnya, sistem pendidikan tidak akan mantap jika pelajaran-pelajaran
mahasiswa-mahasiswa di perguruan tinggi lemah dalam menguasai matematika.
Status
ahli matematika zaman dahulu adalah tinggi dan selalu menjadi panutan
masyarakat. Ahli matematika mempunyai keahlian di berbagai bidang dan mudah
untuk menangani dan melaksanakan tugas yang diberikan. Karena itu matematika
dapat dikatakan sebagai tolak ukur kegemilangan intelektual suatu bangsa, yang
artinya suatu bangsa yang memasyarakatnya menguasai matematika dengan baik akan
dapat bersaing dengan bunga lain atau jatuh bangunnya suatu bangsa sangat
ditentukan oleh penguasaan bangsa tersebut akan matematika.
Perkembangan
matematika dapat ditinjau dari dua segi yaitu dari segi perkembangan matematika
dalam kelompok ilmu matematika dan dari segi peranannya dalam ilmu pengetahuan
baik eksakta maupun sosial.
Menurut
Brifits dan Hawsen (1974) mengatakan bahwa “Perkembangan matematika dalam
kehidupan sosial, sejak dikenalnya sejarah kehidupan peradaban manusia dibagi
dalam 4 tahap yaitu Mesir kuno, peradaban Yunani kuno, zaman Arab, Cina, India
pada tahun 1000 M dan zaman reinaisme”
Berikut
adalah penjelasan dari keempat tahapan tersebut adalah:
Mesir
Kuno (Babylonia dan Mesopotania); matematika telah dipergunakan dalam
perdagangan, peramalan dalam musim pertanian, teknik pembuatan bangunan air.
Peradaban
Yunani Kuno; matematika digunakan sebagai cara berpikir nasional dengan
menerapkan langkah-langkah dan definisi tertentu tentang hal-hal yang
berhubungan dengan matematika. Pada saat itu kira-kira 300 SM Endid dalam
bukunya menyajikan secara sistematis berbagai postulat defenisis dan teorema.
Arab,
Cina dan India pada tahun 1000 telah mengembangkan ilmu hitung dalam aljabar
bahkan kata aljabar dari bahasa Arab algebria. Pada saat itu telah didapatkan
cara perhitungan dengan angka 0 dan cara menggunakan decimal untuk kepraktisan
cara aljabar
Zaman
renaisme matematikalah modern telah diterapkan antara lain kalkulus dan defensial.
Pada abad 18 terjadi revolusi industri, berkembang ilmu ukur non Emelid oleh
Ganes (1777-1855) dan oleh Einstein dikembangkan lebih lanjut dari teori
relativitani.
2.2.2.
Sumbangan Ilmuan Islam Bagi Ilmu Matematika Pada Abad Pertengahan
Salah
satu hasil yang bisa dilihat dan dirasakan dalam proses perkembangan Islam di
abad pertengahan ini di antaranya adalah majunya ilmu pengetahuan dan
kebudayaan. Diakui atau tidak, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang saat ini
kita gunakan dan rasakan, sebenarnya semua ini memiliki basis dari Islam. Ada
beberapa sektor penting yang muncul sebagai pengaruh perkembangan Islam di abad
pertengahan. Diantaranya adalah sektor ilmu pengetahuan khususnya ilmu
matematika.
“Beberapa
cabang ilmu matematika yang diciptakan oleh ilmuan Islam pada abad pertengahan
diantaranya adalah kalkulus, aljabar, induksi matematika, trigonometri, sejarah
angka (1,2,3,…9), dan permainan kubus ajaib. “(Heriyanto, 2009: 270-282)
1. Sedikit tentang Kalkulus
Para
ilmuan dan ahli sejarah Barat banyak yang mengakui peran besar para ahli
matematika Islam sebagai penjaga ilmu matematika dunia. Dalam bukunya The
Arabic Hegemony, Boyer (1991) menyebutkan bahwa masa-masa menjalankan abad
keemasan Islam mungkin merupakan titik awal dalam perkembangan ilmu matematika
di dunia. Hal ini karena bangsa Arab waktu itu sebelum memiliki dorongan yang
kuat untuk mempelajari ilmu pengetahuan, sementara usaha-usaha untuk
mempelajari ilmu pengetahuan telah mulai memudar di berbagai penjuru dunia
lainnya. Seandainya umat Islam tidak bangkit dan bersemangat lagi dalam
mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan maka tidak terbayangkan lagi
betapa banyak ilmu pengetahuan dan ilmu matematika kuno yang akan hilang dan
musnah dari peradaban.
Sekitar
tahun 1000 M, seorang ilmuan Arab bernama al-Karizimi telah menemukan sebuah
perhitungan untuk bilangan bulat berpangkat tiga atau persaman kubik. I Barat,
persamaan ini baru bisa dipecahkan oleh Nicolo Tartalgia ketika ia mengajukan
formula untuk memecahkannya pada abad ke-16. Atas jasa al-Karizmi tersebut,
seorang ahli sejarah matematika Barat, F. Woekpcke memuji-muji beliau dengan
“Orang pertama yang telah memperkenalkan kalkulus aljabar (algebraic
calculus).” Tidak berapa lama kemudian, Ibnu al-Haytsman berhasil merumuskan
formula atau rumus untuk menghitung perpangkatan empat dan berhasil
mengembangkan sebuah metode untuk menentukan rumus umum menghitung perpangkatan
dari setiap bilangan bulat. Formula ini mempunyai peran yang luar biasa penting
dalam perkembangan perhitungan integral (integral calculus).
Sementara
itu geometri almatis yang merupakan bagian penting dari kalkulus pertama kali
diterapkan oleh Omar Khayyam pada abad ke-11. Ahli matematika sekaligus penyair
kelahiran Persia ini mengalikasikan geometri analitis untuk memecahkan
persamaan pangkat tiga dengan menggunakan diagram parabola yang berpotongan
dengan bidang lingkaran. Satu abad kemudian, seorang ahli matematika lain dari
Persia bernama Sharaf Addinat-Tusi menemukan turunan dari polinominal pangkat
tiga yang merupakan temuan penting dalam kalkulus differnsial. Saking
berjasanya para ilmuan muslim tersebut, nama-nama mereka digunakan untuk
menamai nama kawah-kawah di bulan.
2. Sejarah Angka 1, 2, 3, 4, … 9
Tidak
diragukan lagi, perkembangan bidang aritmatika yang merupakan cabang ilmu dari
matematika, merupakan sumbangan besar dari peradaban Islam untuk dunia. Cabang
ilmu yang terkenal dengan angka-angka ini mencapai puncak perkembangannya di
tangan al-Khawarizmi pada pertengahan abad ke-9. Buku al-Khawarizmi yang
berjudul On The Calculation with Hindu Numeral (ditulis sekitar tahun 825) dan
buku al-Kindi yang berjudul Kitab fi Isti’mal al-Adad al-Hindi atau On The Use
of The Indian Numerals (ditulis sekitar tahun 830), merupakan dua referansi
pertama yang berparan besar dalam memperkenalkan sistem angka dari India ke
Timur Tengah dan dunia Barat. Dari kebudayaannya kita saat ini kita mengenal
angka-angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 (yang dalam bahasa Inggris kini
dikenal dengan nama Arabic Numeral).
Angka
Arab ini telah mulai digunakan Baghdad pada abad ke-8 Masehi ketika seorang
terpelajar dari India memperkenalkan sistem angka India pada tahun 771 M. Pada
abad ke-10, para ahli matematika dari Timur tengah juga menambahkan angka-angka
pecahan desimal seperti 0.5, 0.25 dan 0.75 dengan menggunakan titik (koma)
sebagai penanda pecahan. Perhitungan model ini sudah tertulis dalam sebuah
risalah karya seorang ahli matematika dari Syria bernama Abdul Hasan
al-Uqlidisi yang ditulis tahun 952-953 M. Di dunia Arab sendiri hingga masa
modern, angka Arab hanya digunakan oleh ahli matematika saja. Para ilmuam
muslim lain lebih memilih sistem Babilonia, sementara para pedagang menggunakan
penomoran abjad arab. Ragam simbol angka “Arab model Barat” yang agak berbeda
mulai banyak digunakan sekitar abad ke-10 di wilyah Magrib (Afrika Utara) dan
Andalusia (Spanyol Islam). Angka-angka yang mirip angka Arabik model sekarang
ini disebut angka Gubbar yang bermakna “Meja pasir atau meja debu.”
Di
Barat sendiri, sistem angka Arab pertama kali disebutkan dalam manuskrip
berjudul Godex Vililanus yang ditulis di Spanyol tahun 976. Sejak tahun 980-an
Gerbert dari Aurilak mulai menggunakan sistem angka ke Eropa, dimana ia
kemudian mendapatkan banyak penolakan karena membawa pengetahuan baru dan aneh
dari dunia Islam. Gerberrt memang pernah belajar di Barcelona saat masih muda,
dan tida menutup kemungkinan kalau ia juga pernah menimba ilmu pengetahuan
Islam di Andalusia. Sejak saat itulah, sistem angka Arab mulai digunakan di Eropa
untuk menggantikan sistem angka romawi. Untuk hal ini, dunia berutang banyak
terhadap karya al-Khawarizmi dengan kitab Perhitungan dengan Sistem Angka
India-nya. Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa latin dengan judul
Algoritmi de Numero Indorum. Nama al-Khawarizmi sendiri diserap menjadi
algoritma dan namanya diabadikan dalam bahasa latin yakni al-goritbmus yang
bermakna ‘metode perhitungan’.
3. Aljabar
Mohammad
bin Musa al-Kharizmi (780 M) adalah tokoh utama dibalik lahirnya cabang ilmu
aljabar. Cendekiawan Matematika yang bekerja untuk Baitul Hikmah di Baghdad ini
merumuskan dengan jelas konsep penggunaan simbol angka pada persamaan dalam
bukunya al-Jabr wal Mugabalab Risalah atau Ringkas Mengenai Perhitungan dengan
Penyelesaian dan Persamaan. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
berjudul Liber Algibrae et Almucabal oleh Robert of Chester (Segovia, 1145) dan
juga oleh Gerard of Cremona. Dari judul buku karya al-Khawarizi itulah kita
mendapatkan kata aljabar yang masih digunakan hingga kini.
Risalah
tersebut terbagi dalam enam bab, masing-masing bab membahas tentang formula
atau rumus persamaan yang berbeda. Bab pertama dari al-jabr berkenaan dengan
persamaan pangkat dua sama dengan akar-akarnya (ax2=bx), bab kedua membahas
persamaan pangkat dua sama dengan bilangan tersebut (ax2=c), bab ketiga
mengupas persamaan dengan akar-akar sama dengan sebuah bilangan (bx = c), bab
keempat membahas persamaan pangkat dua yang sama dengan akar-akar sebuah
bilangan (ax2+ bx + c), bab kelima menunjukan persamaan pangkat dua dan
bilangan-bilangan sama dengan akar-akarnya (ax2+c = bx), sementara bab keenam
sekaligus bab terakhir berkenaan dengan akar-akar dan bilangan yang sama dengan
pangkat dua (bx + c = ax2).
Aljabar
adalah proses memindahkan unit negative dan mempunyai akar yang sama di dua
sisi. Contohnya, x2 = 40x - 4x2 dapat disederhanakan menjadi 5x2 = 40x. Aljabar
berhasil menjadi sebuah teori nomor satu yang memungkinkan bilangan dapat
diukur, bilangan tidak dapat diukur dan elemen-elemen lain dapat diserupakan
sebagai “objek-objek yang dapat dikaji melalui ilmu aljabar.” Sejak
al-Khawarizmi menulis Aljabar-nya, ilmu matematika modern tidak pernah sama
lain dengan ilmu matematika era Yunani kuno yang ketinggalan zaman. Aljabar
kemudian dikembangkan lagi oleh ahli matematikawan Persia yaitu Omar Khyyam
(1050-1123). Beliau berhasil memecahkan persamaan pangkat tiga dengan
menggunakan pemecahan numerik yang sesuai melalui penggunaan tabel
trigonometri.
Fakta
ini sekaligus membantah klaim yang menyatakan bahwa orang pertama yang
menggunakan aljabar adalah matematikawan Prancis yaitu Francois Vieta (1591).
Konon, ia menggunakan x dan y dalam buku aljabarnya untuk menyatakan persamaan
dalam lambang huruf. Padahal, penggunaan persamaan model ini adalah murni temuan
matematikawan muslim. Variable x misalnya adalah penyederhanaan simbol dari
huruf Arab ‘Syin’. Buktinya Xavier tetap dilafalkan Syavier dan Xanana dibaca
syanana. Bilangan negative sendiri sudah lazim digunakan oleh matematikawan
Islam dalam aritmatika 400 tahun sebelum digunakan oleh Geronino Cardano dari
Italia tahun 1545.
4. Permainan Kubus Ajaib
Permainan
matematika sudah dikenal oleh ahli matematika Arab di abad pertengahan.
Misalnya saja permainan kubus ajaib sejak abad ke7 M, tepatnya setelah mereka
melakukan kontak dengan kebudayaan India dan Asia Selatan. Para ilmuan muslim
tersebut kemudian mempelajari matematika dan astronomi India, termasuk di
dalamnya bagian-bagian lain dari ilmu matematika terpadu. Tipe kubus ajaib
pertama yang diketahui beberapa ahli matematika Islam dengan susunan 5 atau 6
kubus kecil telah tertulis dalam sebuah ensiklopedia dari Baghdad sekitar tahun
983 M.
5. Induksi Matematika
Upaya
induksi matematika pertama yang tercatat dalam sejarah ditulis oleh al-Karaji
pada sekitar tahun 1000 M. Beliau menggunakannya untuk membuktikan adanya deret
aritmatika seperti theorema binomial, segitiga paskal dan formula untuk
menghitung integral pangkat tiga. Pembuktikan yang ia temukan adalah
perhitungan pertama yang menggunakan dua komponen dasar dari pembuktikan
induktif yakni pernyataan bahwa “n = 1(1 -13) dan membuktikan kebenaran dari n
= k bila n = k – 1.” Tidak beberapa lama kemudian, Ibnu al-Haytsam
menggunakan metode induktif untuk membuktikan hasil dari perpangkatan empat dan
kemudian membuktikan hasil dari perpangkatan semua bilangan bulat. Perhitungan
ini merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa penting dalam bidang kalkulus
integral.
Dalam
kitabnya yang berjudul Analysis and Syntesis, Ibnu Haytsam menemukan bahwa
setiap bilangan genap-bulat dalam bentuk persamaan 2n-1 (2n – 1) dimana 2n – 1
adalah bilangan prima. Sayangnya beliau belum mampu membuktikan hasil
perhitungannya. Pembuktikan tersebut baru berhasil dihitung oleh Euler pada
abad ke-18. Temuan Ibnu Yahya al-Mahgribi as-Samaw’al bahkan hampir mendekati
temuan modern matematika sebelum era modern. Temuan ini beliau gunakan untuk
memperluas bukti perhitungan theorema binomial dan segitiga paskal yang sudah
ditemukan terlebih dahulu oleh al-Kharizmi.
6. Ilmu Trigonometri
Tidak
bisa disangkal lagi, ilmu tentang bangun dan sudut segitiga ini merupakan salah
satu sumbangan terbesar ilmuan Islam bagi ilmu matematika dunia. Konsep dan
keunikan bangun segitiga ini memang telah diketahui oleh bangsa Yunani kuno,
namun perkembangan ilmu trigonometri hingga bisa menjadi begitu memusingkan
anak-anak sekolah saperti saat ini merupakan murni karya para ilmuan Islam abad
pertengahan. Bahkan kata sin, cos, dan tan berasal dari bahasa Arab.
Menurut
catatan sejarah, para ilmuan muslim dari Arab dan Persia mempelajari
trigonometri setelah menerjemahkan buku-buku matematika dari India. Mereka
kemudian mengembangkan lebih lanjut sebelum menyebarkan ilmu trigonometri di
penjuru dunia Islam. Tokoh paling jewara dalam hal ini masih di pegang oleh al-Khawarizmi
yang menulis tabel-tabel sinus dan tangen serta mengembangkan tabel
trigonometri bangun bola. Pada abad ke-10 dalam buku Abu al-Wafa para ilmuan
Islam telah menggunakan keenam fungsi trigonometri yang dilengkapi tabel sinus
dalam selisih 0,25 derajat dan ketepatan hingga delapan angka di belakang koma.
Beliau juga mengembangkan rumus trigonometri sin 2x = 2 sin x cos x yang hingga
kini masih diajarkan oleh guru-guru matematika.
Al-Jayyani
dari Andalusia menulis risalah pertama tentang trigonometri bangun bola dalam
kitabnya tentang lengkungan-lengkungan yang tidak dikenal pada bangun bola.
Dalam kitab tersebut terkandung rumus untuk segitiga bersisi kanan, hukum-hukum
umum tentang sinus, serta rumus menghitung segitiga bulat melalui segitiga yang
paling berlawanan. Sementara definisi Jayyadi mengenai rasio-rasio sebagai
bilangan serta metodenya untuk memecahkan perhitungan pada segitiga bulat yang
ketiga sisinya belum diketahui tampaknya sangat berpengaruh. Selain itu, para
insinyur muslim jugalah yang pertama kali mengembangkan metode triangulasi yang
belum diketahui dunia Yunani-Romawi kuno untuk survei.
2.2.3.
Tokoh Ilmuan
Matematika Islam
Beberapa
tokoh ilmuwan matematika Islam diantaranya adalah:
1) Al-Khawarizmi
Mungkin
kita sudah sering mendengar istilah algoritma, Dalam kamus besar bahasa
Indonesia algoritma berarti prosedur sistematis untuk memecahkan masalah
matematis dalam langkah-langkah terbatas. Sebenarnya nama algoritma diambil
dari nama julukan penemunya yaitu al-Khawarizmi seorang matematikawan muslim
yang dilahirkan di Khawarizm, Uzbekistan.
Al-Khawarizmi
(Khawarizm,Uzbekistan, 194 H/780 M-Baghdad, 266 H/850 M). Ilmuwan muslim, ahli
di bidang ilmu matematika, astronomi, dan geografi. Nama lengkapnya adalah Abu
Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi dan di barat ia lebih dikenal dengan
nama Algoarisme atau Algorisme. Dalam bukunya al-Khawarizmi memperkenalkan
kepada dunia ilmu pengetahuan angka 0 (nol) yang dalam bahasa arab disebut
sifr. Sebelum al-Khawarizmi memperkenalkan angka nol, para ilmuwan
mempergunakan abakus, semacam daftar yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan,
ribuan, dan seterusnya, untuk menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar
dari tempat yang telah ditentukan dalam hitungan. Akan tetapi, hitungan seperti
ini tidak mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan Barat ketika itu dan mereka
lebih tertarik untuk mempergunakan raqam al-binji (daftar angka arab, termasuk
angka nol), hasil penemuan al-khawarizmi. Dengan demikian angka nol baru
dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan
al-Khawarizmi.
2. Al-Kindi
Al-Kindi
hidup pada masa penerjemahan besar-besaan karya-karya Yunani ke dalam bahasa
Arab. Dan memang, sejak didirikannya Bayt al-Hikmah oleh al-Ma’mun,
al-Kindi sendiri turut aktif dalam kegiatan penerjemahan ini. Di samping
menerjemah, al-Kindi juga memperbaiki terjemahan-terjemahan sebelumnya. Karena
keahlian dan keluasan pandangannya, ia diangkat sebagai ahli di istana dan
menjadi guru putra Khalifah al-Mu’tasim Ahmad. Ia adalah filosof berbangsa Arab
dan dipandang sebagai filosof Muslim pertama. Memang, secara etnis, al-Kindi
lahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal dari suku Kindah, salah satu
suku besar daerah Jazirah Arab Selatan. Salah satu kelebihan al-Kindi adalah
menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum Muslimin setelah terlebih dahulu
mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
Al-Kindi
telah menulis hampir seluruh ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat itu.
Tetapi, di antara sekian banyak ilmu, ia sangat menghargai matematika. Hal ini
disebabkan karena matematika, bagi al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa saja
yang ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah ini begitu penting sehingga tidak
mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih
dulu menguasai matematika. Matematika di sini meliputi ilmu tentang bilangan,
harmoni, geometri dan astronomi.
3. Al-Karaji
Di
era keemasan Islam, para ilmuwan Muslim memang telah menguasai bidang
hidrologi. Penguasaan di bidang ini meliputi masalah penyediaan berbagai sarana
air bersih, pengendalian gerakan air, serta penemuan berbagai teknologi
hidrologi. Ilmuwan Muslim pada masa itu telah mampu mengintegrasikan,
mengadaptasi dan memperbaiki teknik irigasi dan metode distribusi air warisan
dari keahlian lokal atau peradaban kuno.
Pada
awal abad ke-8 M, peradaban Islam telah menguasai teknologi mesin air. Hal itu
diungkapkan Mohammed Abattouy dalam karyanya bertajuk Muhammad Al-Karaji: A
Mathematician Engineer from the Early 11th Century. Menurut Abattouy, pengusaan
teknologi mesin air di dunia Islam telah melahirkan sebuah revolusi pertanian
yang berbasis pada penguasaan di bidang hidrologi. Sejarawan sains modern
memandang al-Karaji sebagai ahli matematika berkaliber tertinggi. Karyanya yang
kekal pada bidang matematika masih diakui hingga hari ini, yakni mengenai
kanonik tabel koefisien binomium (dalam pembentukan hukum dan perluasan
bentuk).
Al-Karaji
dianggap sebagai ahli matematika terkemuka dan pandang sebagai orang pertama
yang membebaskan aljabar dari operasi geometris yang merupakan produk
aritmatika Yunani dan menggantinya dengan jenis operasi yang merupakan inti
dari aljabar pada saat ini. Karyanya pada aljabar dan polynomial memberikan
aturan pada operasi aritmatika untuk memanipulasi polynomial. Dalam karya
pertamanya di Prancis, sejarawan matematika Franz Woepcke (dalam Extrait du
Fakhri, traite d’Algabre par abou Bekr Mohammed Ben Alhacan Alkarkhi,
Paris, 1853), memuji Al-Karaji sebagai ahli matematika pertama di dunia yang
memperkenalkan teori aljabar kalkulus
Al-Karaji
menginvestigasikan koefisien binomium segitiga Pascal. Dia juga yang pertama
menggunakan metode pembuktian dengan induksi matematika untuk membuktikan
hasilnya, ia berhasil membuktikan kebenaran rumus jumlah integral kubus, yang
sangat penting hasilnya dalam integral kalkulus.
4. Al-Battani
Zaman
keemasan Islam juga melahirkan pakar-pakar di bidang trigonometri. Mereka
antara lain adalah Al-Battani (850-929), Al-Biruni (973-1050), dan Umar Khayyam.
Al-Battani atau Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah dikenal sebagai bapak
trigonometri. Ia lahir di Battan, Mesopotamia, dan meninggal di Damaskus pada
tahun 929.
Al-Battani
adalah tokoh bangsa Arab dan gubernur Syria. Dia merupakan astronom Muslim
terbesar dan ahli matematika ternama. Al-Battani melahirkan trigonometri untuk
level lebih tinggi dan orang pertama yang menyusun tabel cotangen.
5. Al-Biruni
Al-Biruni
adalah peletak dasar-dasar trigonometri modern. Dia seorang filsuf, ahli
geografi, astronom, ahli fisika, dan pakar matematika. Enam ratus tahun sebelum
Galgeo, Al-Biruni telah membahas teori-teori perputaran (rotasi) bumi pada
porosnya.
Al-Biruni
juga memperkenalkan pengukuran-pengujuran geodesi dan menentukan keliling bumi
dengan cara yang lebih akurat. Dengan bantuan matematika, dia dapat menentukan
arah kiblat dari berbagai macam tempat di dunia.
6. Umar Khayam
Selain
itu, tokoh matematika lain yang tak kalah terkenal adalah Umar Khayyam. Kendati
ia lebih dikenal sebagai seorang penyair, namun Umar Khayyam memiliki
kontribusi besar dalam bidang matematika, terutama dalam bidang aljabar dan
trigonometri. Ia merupakan matematikawan pertama yang menemukan metode umum
penguraian akar-akar bilangan tingkat tinggi dalam aljabar, dan memperkenalkan
solusi persamaan kubus.
7. Ibnu Sina
Seorang
tokoh cendekiawan muslim yang besar di bidang kedokteran, seorang ilmuwan yang
magnumopus-nya berjudul Canon (al-Qanun fi al-Tibb) menjadi buku teks
kedokteran di universitas-universitas Eropa selama lebih dari 5 abad. Selain
itu, dia juga seorang ahli geologi, ahli matematika (termasuk aljabar yang
merupakan kesatuan dari eksponen), ahli fisika, penyair, psikolog, ilmuwan,
tentara, negarawan, dan seorang guru. Lahir di daerah Bukhara, Asia Tengah,
pada tahun 981 Masehi. Bakat dan ketekunannya yang besar mengantarkan menjadi
dokter yang diakui masyarakat Bukhara pada usia17 tahun. Bagi banyak orang,
beliau adalah Bapak Pengobatan Modern. Dia juga pendiri Avicennian logika dan
filosofis dari sekolah Avicennism, yang berpengaruh pada kaum Muslim dan
sekolah pemikir.
2.3.
Numerasi Hindu-Arab
2.3.1.
Sistem
Numerasi Hindu-Arab
0,
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. bilangan-bilangan tersebut tidak langsung terbentuk
menajdi bilangan seperti sekarang yang kita kenal, namun ada berbagai proses
sehingga menjadi bilangan seperti itu.
Peradaban
Hindu diperkirakan terjadi sekitar 2500 SM. Bangsa yang tinggal di lembah
aliran sungai Indus itu sudah memiliki sistem menulis, menghitung, menimbang,
dan mengukur. Tentu terusan-terusan yang mereka gali untuk pengairan memerlukan
mesin dan dasar matematika. Kira-kira tahun 1500 SM bangsa itu diusir oleh
bangsa Arya yang datang dari Asia Tengah. Selama kira-kira 1000 tahun bangsa
Arya menyempurnakan tulisan Hindu dan bahasa Sansekerta. Beberapa penulis agama
juga menulis sejarah matematika karena dalam pembangunan altar Budha
direntangkan tali yang menunjukkan pengenalan tigaan Pythagoras.
Sekitar
326 SM Alexander Besar menduduki India Barat Laut dan menjadikan ini sebagai
propinsi Macedonia yang dikepalai seorang gubernur. Setelah Alexandria Besar
meninggal, Chandragupta Maurya mengambil kekuasaan dari gubernur dan mendirikan
dinasti Maurya dengan raja Asoka yang paling terkenal dari dinasti itu. Raja
Asoka mendirikan pilar-pilar besar di kota-kota penting pada masa itu dan
pilar-pilar tersebut ditulis dengan sejenis lambang-lambang bilangan.
Kurang
lebih 300 SM bangsa Hindu sudah mengenal angka-angka dengan menggunakan
bilangan dengan basis 10 tetapi belum mengenal bilangan nol. Bukti adanya
simbol bilangan adalah ditemukannya pada beberapa batuan/prasasti yang
didirikan di India sekitar 250 SM oleh Raja Asoka. Bukti lainnya, simbol
bilangan ditemukan di antara potongan catatan-catatan 100 SM pada dinding gua
di sebuah bukit dekat Poona dan dalam beberapa prasasti yang diukir pada gua di
Nasik pada tahun 200. Bukti ini tidak menggunakan bilangan nol dan tidak
menggunakan sistem posisi. Diperkirakan sejak tahun 500, mereka menggunakan
sistem posisi dan sudah mengenal bilangan nol.
Pada
tahun 711, tentara Arab menyerang sampai Spanyol dan mendudukinya beberapa
ratus tahun. Kerajaan Islam yang demikian luas kemudian terpecah dua menjadi
Kalifah Barat berpusat di Cordova (775-1495) di bawah kekuasaan dinasti Ummayah
dan Kalifah Timur di Bagdad di bawah kekuasaan dinasti Abbasiah (749-1258).
Salah seorang dari dinasti Abbasiah ialah Kalif Al-Mansyur (754-775) membawa
karya-karya Brahmagupta dari India ke Bagdad kira-kira tahun 766 dan
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dari karya itulah angka Hindu masuk ke
dalam Matematika Arab.
Kira-kira
tahun 825, seorang ahli Matematika Persia bernama Al-Khawarizmi menulis buku
tentang Aljabar yang antara lain berisi tentang sistem bilangan Hindu secara
lengkap. Kemudian buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad 12 dan
buku-bukunya berpengaruh di Eropa. Terjemahan inilah yang memperkenalkan sistem
bilangan Hindu-Arab ke Eropa.
Perkembangan
bilangan dari India - Eropa.
Pada
simbol Brahmi belum mengenal angka nol. Angka nol mulai ada setelah tahun 500
yaitu pada simbol Hindu hingga sekarang. Selanjutnya sistem ini disempurnakan
di Eropa dan hasil penyempurnaan itulah yang kita kenal sekarang dalam sistem
bilangan atau sistem Arab-Hindu.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
3.2.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Fathani, Abdul Halim. 2008. Ensiklopedi Matematika. Jojakarta: AR-RUZZ
MEDIA GROUP
http://permata91.wordpress.com/2012/12/07/7-tokoh-ilmuwan-matematika-islam/ (diakses tanggal 10 februari 2017)
http://muhammadichsanmadani.blogspot.com/2013/05/7-tokoh-ilmuwan-islam-paling.html (diakses tanggal 20 februari 2017)
http://denuraenika17.blogspot.in/2012/12/sumbangan-ilmuan-islam-bagi-ilmu.html (diakses tanggal 22 februari
2017)
http://dindameliana.blogspot.com/2011/12/sistem-numerasi-hindu-arab.html (diakses tanggal 2 maret 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar